Name: Adibah
Arizkiamarta
NPM: 10613196
Class: 4SA01
Original
Text:
Kain Songket Palembang Dulu dan
Sekarang
(Posted on September 21, 2016
by Author Etnira)
Sejarah kain Songket Palembang
Sebagai Negara yang kaya akan rempah-rempah, tak
jarang banyak pedagang dari luar negeri yang sengaja datang ke Indonesia. Lalu
lintas perdagangan di masa lampau oleh pedagang-pedagang dari India, Cina,
Arab, Amerika, dan Eropa untuk melakukan transaksi jual beli di Indonesia turut
mengakibatkan akulturasi budaya. Akulturasi budaya atau penyerapan budaya asing
yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia salah satunya ialah menenun.
Palembang merupakan salah satu daerah di Indonesia
yang mengakulturasi budaya menenun. Palembang terkenal dengan budaya menenun
kain songket yang menjadi ciri khas dari kota ini. Songket merupakan kain tenun
yang proses pembuatannya dilakukan dengan menyungkit / mencongkel sejumput
benang berwarna lain untuk menyelipkan benang emas dan perak.
Fungsi Songket
Dahulu songket hanya dikenakan oleh bangsawan untuk
acara-acara tertentu dan menunjukkan status sosial pemakainya. Namun seiring
perkembangan zaman, songket Palembang jg dapat digunakan oleh kaum perempuan
dalam upacara adat perkawinan. Selain dikenakan oleh mempelai wanita, kain
tenun songket juga dapat dikenakan oleh pihak keluarga maupun penari dan tamu
undangan.
Kain tenun songket Palembang juga dapat digunakan
dalam prosesi penyambutan tamu (pejabat / tamu luar Kota Palembang) maupun pada
peristiwa / kegiatan tertentu. Kain songket Palembang sangat dihargai dan
menjadi kebanggaan bagi masyarakat Kota Palembang.
Perkembangan Kain Songket Palembang
Pada awal perkembangannya, sebagian besar pembuatan
songket dikerjakan oleh perempuan. Pengrajin songket di Palembang menjadikan
kegiatan menenun sebagai kegiatan sambilan sambil menunggu waktu ibadah sholat.
Kegiatan menenun ini dilakukan oleh ibu rumah tangga, gadis remaja yang hendak
berumah tangga, perempuan lanjut usia.
Saat ini pengrajin songket tidak hanya membuat
songket untuk dijadikan kain atau sarung saja melainkan juga diaplikasikan
menjadi pakaian wanita dan pria, hiasan dinding, pakaian boneka, aksesoris,
selendang, permadani, sarung bantal, seprei, taplak meja, dan lain-lain.
Translated
by Google Translate:
Kain
Songket Past and Present
(Posted on September 21, 2016
by Author Etnira)
History fabric
Songket
As a country that
is rich in spices, often many traders from abroad who come to Indonesia.
Trafficking in the past by traders from India, China, Arab, American, and
Europe to make buying and selling in Indonesia contributed to acculturation.
Acculturation or absorption of foreign culture conducted by Indonesian society
one is weaving.
Palembang is one
area in Indonesia that mengakulturasi weave culture. Palembang is famous for
songket weaving culture that is characteristic of this city. Songket is a
fabric woven manufacturing process is done by menyungkit / gouging another
pinch of colored yarn to slip the gold and silver thread.
Function Songket
Songket formerly
worn only by royalty for special occasions and showed the social status of the
wearer. However, over the times, Palembang songket jg can be used by women in a
traditional wedding ceremony. Besides worn by the bride, songket can also be
worn by the family as well as dancers and invited guests.
Songket cloth can
also be used in the procession of guests (official / outdoor living Palembang)
and the event / specific activities. Palembang songket is greatly appreciated
and a source of pride for the city of Palembang.
Developments Kain
Songket
In early
development, manufacture songket mostly done by women. Craftsmen make songket
weaving activities as a sideline activity while waiting for their daily prayer.
The weaving activities carried out by housewives, teenage girls who want to
settle down, elderly women.
This time not only
makes the craftsmen songket songket cloth or gloves to be used alone but also
applied to women and men garments, wall hangings, doll clothes, accessories,
scarves, rugs, pillowcases, bedspreads, tablecloths, and others.
Edited
by Me:
Songket Palembang in the Past and
Present
(Posted on September 21, 2016
by Author Etnira)
The History of Songket Palembang
As a country that is rich in spices, so many
merchants from abroad deliberately come to Indonesia. The commercial trafficking
in the past by merchants from India, China, Arab, American, and Europe while
doing transactions in Indonesia was causing the acculturation. Weaving is one
of the activities of acculturation or absorption of foreign culture conducted
by Indonesian society.
Palembang is one of the areas in Indonesia that acculturated
weave culture. Palembang is well-known by songket weaving culture, which is
also the characteristic of this city. Songket is a fabric woven which the
process of its making is done by hooking or gouging a group of other colored threads
and then slip the gold and silver threads in it.
The Function of Songket
Songket formerly worn only by royalty in special
occasions and it showed the social status of the wearer. However, as the time
goes by, Palembang songket can also be used by women in a traditional wedding
ceremony. Besides worn by the bride, songket is also can be worn by the family
as well as dancers and the invited guests.
Songket also can be used in the procession of
welcoming guests (officials / from outside Palembang) and the event / specific
activities. Palembang songket is greatly appreciated and it is a pride for
Palembang society.
The Development of Songket Palembang
At the beginning of its development, the production
process of songket mostly done by women. The craftsmen make songket weaving
activities as a sideline activity while they’re waiting for daily prayer. The
weaving activities carried out by housewives, teenage girls who was about to
settle down, and elderly women.
Nowadays, songket’s craftsmen are not only make
songket to be used as fabrics or sheathes but also applied to women and men
garments, wall decorations, doll clothes, accessories, scarves, tapestries, pillow
cases, bed-covers, tablecloths, and so on.